Salam para pemenang!
Curahan Hatiku
Selamat pagi semuanya, perkenalkan Nama saya
: Ahmad Faozi, saya di Lahir di Panca Tunggal 10 Des 1990 di Kec. Sungai Lilin
Kab. Musi Banyuasin Propinsi Sumsel. Di
sini saya hanyalah anak dari seorang yang biasa-biasa saja, Ayah saya hanya
lulus SD sedangkan Ibu saya SD saja tidak Tamat. Beliau hanyalah seorang petani
dan buruh di PT.HINDOLI Kelapa Sawit saja.
Saya anak pertama dari beliau, walaupun
banyak saudara-saudari tiri saya yang begitu antusias menyayangi saya hingga
saya bisa sukses dan bisa berdiri di
depan panggung kemenangan ini. Saya dulu sekolah belum ada yang namanya TK,
jadi langsung masuk ke SD. Itu saja, waktu di kelas satu SD saya tidak naik
kelas, dan harus menggulang satu tahun lagi, jadi saya habiskan masa sekolah
saya di SD selama 7 Tahun. Kemudian setelah Lulus SD Ayah saya ingin kalau saya
mau masuk ke Pondok Pesantren di mana Ayah saya dulu belajar di sana.
Namun, kata Ayah saya “Ya cobalah kamu masuk
SMP dulu nak, siapa tau di terima, kalau tidak baru nanti ke Pesantren saja.”
Kata Ayah saya dan Alhamdulillah akhirnya saya di terima. Selama saya di SMP,
saya merupakan anak yang paling pendiam, pemalu, baca Al-Qur’an saja tidak tau
sama sekali. Pas waktu itu, menginjak kelas 2 SMP semester 2, hati saya mulai
terketuk. Saya bilang sama Ayah saya “Yah…, saya ingin belajar ngaji ke TPA”
apa kata Ayah saya saat itu “Ya silahan, kamu mau ngaji kemana saja terserah,
yang penting kamu mau ngaji” padahal Ayah saya di rumah juga ngajarin ngaji,
tapi bapak-bapak semua.
Akhirnya saya ngaji ke sana, dan apa yang
terjadi? Dengan ketulusan hati saya bahwa saya ingin belajar mengaji, hanya
dalam waktu 1 bulan saja, saya sudah langsung bisa membaca Al-Qur’an, walaupun
belum lancer betul. Tidak lama kemudian, Ayah saya mengalami sakit Diabetes
Basah (Gula Darah/kencing manis). Saya sangat banyak salah sama Ayah saya, apa
lagi waktu pengambilah surat kelulusan saya di SMP, beliau dating naik sepeda
ontel dan jaraknya dari rumah ke sekolah itu sangat jauh soalnya beda desa
kira-kira ±20km lebih, dan jalan yang di laluinya melewati hutan dan kebun.
Sedangkan saya, naik mobil sateran tiap bulan
yang biasa saya naiki selama sekolah bersama teman-teman yang lainnya. Setelah
lulus, beliau akhirnya jadi mengantarkan saya ke Pondok Pesantren di Paraan,
namun di sana hanya selama 3 hari saja dan saya memutuskan untuk pindah ke
Pesantren lain, karena di sana saya belum sanggup dan cuacanya begitu dingin
beda dengan yang di Palembang yang panas. Akhirnya saya pindah ke Pesantren
yang baru di buka, dan santri laki-lakinya belum ada Cuma saya saja yang di
sana bersama dengan santri putrid yang lainnya.
Saya di sana tinggal bersama dengan Bpk Kiai
nya, namun lagi-lagi entah mengapa saya tidak betah di sana, Cuma 1 bulan saya
disana dan akhirnya saya keluar. Kemudian saya pulang lagi ke-Palembang dan belajar
lagi di TPA tempat saya belajar dulu semasa di SMP. 1 tahun kemudian, saya di
ajak oleh sahabat saya dimana dia dulunya adik kelas saya di SMP, dia mengajak
saya untuk sekolah kembali dan akhirnya kamipun daftar dan Alhamdulillah di
terima di salah satu SMK Negeri di Kabupaten saya.
Di semester pertama saya sudah di tinggal
sama Ayah saya, Ayah saya pergi untuk selama-lamanya waktu saya sedang
menghadapi Ujian semester pertama. Pas di hari kelahiran saya, hari Jum’at
setelah Sholat Jum’at di Yogyakarta, karena sebelumnya Ayah saya minta untuk
berobat ke Yogya, satu bulan di sana, Allah berkehendak lain. Yang sanggat
menyedihkan lagi, saya tidak bisa mengantarkan Beliau berobat dan tidak bisa
mengantarkan Beliau ketempat peristirahatan terakhir, karena saya sangat jauh
di Palembang sedang Beliau di Yogyakarta.
3 tahun saya di SMK dan menjelang kelulusan
dan pendaftaran ke Perguruan Tinggi, saya mempunyai niat yang sangat besar
dalam diri saya. Banyak perguruan tinggi saya daftar, mulai dari UGM,UPI,Unsri,UNY,dan
banyak lagi. Salah satunya UNP, untuk di UNP ini sebenarnya niat saya hanyalah
untuk menyenangkan Ketua Jurusan saya dan Kepala Sekolah. Namun malah yang ini
di terima, waktu itu untung saja saya belum jadi membeli Tiket ke Yogya, dan
Guru saya telfon “Zi…, pendaftaran kamu yang di UNP di terima.” Alangkah
senangnya hatiku saat itu, langsung saya kasih tau sama Ibu “Bu…, pendaftaran
saya yang di Padang di terima.” Apa kalat beliau “Alhamdulillah…, jadi tidak
jadi pergi ke Yogya?” ya sudah tidak apa-apa, mungkin sudah takdirnya suruh di
sana.”
(lanjut lain waktu)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik dan sarannya yang sopan ya...!
Salam Persahabatan.