fauzi

fauzi
Ampera Wong Kito
WELCOME TO THINK POSITIVE BLOG

Jumat, 05 Oktober 2012

PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM


MAKALAH
PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM



(Logo)




OLEH:
Nama            : Ahmad Faozi
NIM/BP        : 16617/2010
Jurusan        : Pendidikan Teknik Otomotif
Nama Kelompok II
Ketua           : Ahmad Faozi
Sekertaris    : Anna Maulina
Bendahara   : Hafiza Dova Resbu
Anggota       : 1. Ilham Sadam Al-Aziz
   2. Gusparia Palendra
   3. Romi Yunika Putra
   4. Hafizun Muhammad Waer
   5. Wandi Eka Putra

UNIVERSITAS NEGERI PADANG
 2010
A.    PENDAHULUAN
Salah satu referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa :
“Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuankemampuan dan kebiasaan lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”
Definisi yang sederhana ini memberikan beberapa hal yang perlu kita simak lebih lanjut yang kiranya bermanfaat sebagai kerangka untuk menyimak hakikat kebudayaan sebagai berikut :
1.      Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-bagian. Keseluruhannya merupakan pola-pola atau desain tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang spesifik.
2.      Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang a material artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan,seni dan sebagainya.
3.      Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni, terbentuknya kelompok-kelompok keluarga, dan sebagainya
4.      Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat istiadat yang berkesinambungan
5.      Kebudayaan diperoleh dari lingkungan
6.      Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif, yang dapat dilihat.
7.      Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.
Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau tidak mau suatu peradaban tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain. Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan dari waktu ke waktu.
Kalau kita mau mengamati secara mendalam akan perkembangan islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai dari islam masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang sekarang kita alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan problematika yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang akan datang.
Dalam makalah ini kita hanya membatasi pada keadaan islam di masa sekarang (kontemporer). Namun, tetap akan dipaparkan alur sejarahnya secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya. Sebab, dalam perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami akulturasi dan ikut berperan dalam perubahan keadaan Indonesia.

B.     PEMBAHASAN KEBUDAYAAN & PERADABAN ISLAM
1.      Pengertian Kebudayaan & Peradaban Islam
a.      Pengertian Kebudayaan Islam
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan dan peradaban merupakan dua istilah yang berbeda. Meskipaun disaat membahas tentang sejarah Islam sering para ahli barat menyebutkan dengan kebudayaan atau peradaban saja, dengan menyamakan keduanya. Namun dalam konsep Islam keduanya memiliki perbedaan yang jelas.
Kebudayaan secara bahasa merupakan perpaduan dari istilah budi dan daya yang diberi awalan ked an akhiran an. Budi berarti akal, pikiran, pengertian, paham, perasaan, pendapat, sedangkan daya berarti tenaga, kekuatan, kesanggupan. Apabila disatukan antara kedua akar kata tersebut dengan member awalan dan akhiran jadi kebudayaan maka dapat diartikan dengan perwujudan dari kemampuan akal atau pemikiran. Adapun menurut istilah kebudayaan adalah himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu dalam rangka mencapai kesempurnaan.
Di dalam bahasa Arab kebudayaan disebut dengan al-tsaqafah sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan culture. Kebudayaan merupakan manifestasi dari ruh, zauq, iradah, dan amal (cipta, rasa, karsa, dan karya) dalam seluruh segi kehidupan insane sebagai fitrah, ciptaan karunia Allah swt. 
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak, hamper sama dengan pendapat Koentjaraningrat yaitu; wujud ideal (ide-ide, gagasan, nilai, norma dan peraturan), wujud kelakuan (aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam masyarakat), wujud benda-benda hasil karya (artefak).
a)      Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b)      Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c)      Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

b.      Pengertian Peradaban Islam
Selanjutnya istilah peradaban tidak diambil dari kata adab karena kata adab dalam bahasa Arab berarti sastra melainkan dari kata al-hadharah yang setara dengan kata civilization dalam Bahasa Inggris. Pengertian peradaban lebih cenderung pada suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi dengan sistem ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Berdasarkan pengertian ini, di berbagai literature yang membahas tentang kemajuan ilmu pengetahuan lebih cenderung menggunakan istilah peradaban, kerena peradaban dominan pada upaya pembangunan hidup yang dilakukan oleh manusia berdasarkan potensi dan ilmu pengetahuan. Di antara contoh peradaban diantaranya adalah kemajuan system teknologi, seni, system kenegaraan, hokum, politik, dan sistem pengetahuan. Dari definisi di atas dapat memberikan pemahaman bahwa peradaban merupakan bagian dari kebudayaan.

Sejarah peradaban islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam perspektif dan peradaban islam mempunyai berbagai macam pengetian lain diantaranya:
v  Peradaban islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan islam mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan islam sekarang.
v  Peradaban islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
v  Perdaban islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam hubungannya dengan ibadah ibadah, penggunaan bahasa, dan kebiasaan hidup      bermasyarakat.

2.      Wujud dan Komponen Budaya
Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
a         Kebudayaan material
                  Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b        Kebudayaan nonmaterial
                  Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

3.      Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Ø  Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, kekuasaan politik.
Ø  Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: Sitem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).

4.      Prinsip-prinsip Kebudayaan & Peradaban
Perwujudan kebudayaan dan peradaban dalam Islam tetap berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat di dalam ajaran agama. Sebab, kehidupan, kekuasaan yang di berikan dan keberadaan ala mini adalah fasilitas bagi manusia yang di berikan oleh Allah untuk di kelola, dijaga, dan di lestarikan. Prinsip dasar yang membedakan antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan Islam terletak pada sumber yang menjadi pijakannya. Kebudayaan secara umum merupakan hasil produk dari manusia semata, sementara kebudayaan Islam hasil produk manusia yang prinsip dasarnya di tentukan dan di tetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Di antara prinsip-prinsip kebudayaan dan peradaban Islam itu adalah berikut ini;
a.       Alah swt. Sebagai Sumber dan Tempat Kembali Segalanya.
Firman Allah dalam Q. S. 30: 11 yang artinya:
“Allah yang memulai semua kejadian kemudian Dia juga yang mengulanginya dan selanjutnya kepada_nya segalannya di kembalikan “ (Q.S. 30: 11)
Berdasarkan firman Allah swt. Ini, apapun yang diciptakan oleh umat manusia dan yang mereka lakukan semuanya memanfaatkan fasilitas yang telah di ciptakan Allah.
b.      Allah Sang Pencipta Semuanya.
Firnan Allah swt. Dalam (Q.S. 23: 62) yang Artinya:
“Demikianlah Allah adalah Tuhanmu yang menjadikan segala sesuatu tidak ada Tuhan selain Dia, maka bagaimana dapat kamu palingkan.”
Allah swt. Menjadikan segala sesuatu tanpa sia-sia melainkan memiliki hikmah dan manfaat. Untuk menemukan hikmah dan manfaat itu di perlukan akal secara usaha manusia.
c.       Semua Makhluk Punya Ketergantungan kepada khaliknya.
Firman allah swt. Dalam dua surat yang berbeda yaitu. (Q.S.  112: 2) Yang artinya ‘ Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (Q.S. 11: 6) yang artinya dan tidak ada satu makhlukpun di dunia ini kecuali Allah yang member rezeki.
d.      Allah mengangkat Manusia Sebagai Khalifah di bumi.
Firman Allah swt. Q.S. 2: 30, yang artinya:
Dan ingatlah, ketika Tuhanmua berkata kepada manusia, sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.
Oleh karena itu manusia sebagai keturunan adam berfungsi meneruskan kekhalifahan itu karena ia di bekali Allah swt.
e.       Manusia di berikan potensi yang lebih dari makhluk lainnya.
     Makhluk-makhluk tersebut tunduk kepada_nya. Firman allah swt Q.S. 45: 13). Yang artinya:
     “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya. (sebagai rahmat) dari pada-aNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
f.       Manusia di Dituntut Pertanggungjawaban atas Amanah yang Telah Diberikan Allah Swt.
 Firman Allah swt. Dalam Q.S. 102: 8. Yang artinya:
“Kemudian kamu pasti akan di minta pertanggungjawabannya terhadap semua nikmat yang telah di berikan.”
Dari Keenam Prinsip dasar di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia di beri fasilitas dan tanggungjawab untuk melakukan berbagai hal kedalam kehidupan. Dengan adanya fasilitas dan tanggungjawab untuk melakukan inovasi sehingga melahirkan karya-karya yang bermanfaat.
Enam prinsip dasar kebudayaan di atassekaligus menjadi indicator dan kebudayaan yang islami yaitu sebagai berikut:
a)      Dibangun atas dasar nilai ilahiyah
b)      Sesuai dengan fitrah manusia dan sekaligus sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuan manusia.
c)      Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan manusia, keseimbangan manusia, keseimbangan, dan penghuninya.
d)     Manusia di tuntut untuk selalu memaksimalkan usaha berfikir dan menggagas ide, dalam berbuat serta berkarya.
e)      Keseimbangan dan kesejahteraan individu, sosial, dan antara makhluk lain dengan alam semesta merupakan cita tertinggi
f)       Apabila kebudayaan adalah implikasi atau terlahir dari keyakinan, atau pengawalan Agama, maka apa pun yang di lakukan umat Islam seharusnya berpedoman pada ajaran Agama Islam. Apalagi Al-Qur’an, banyak sekali menjelaskan berbagai aspek kehidupan manusia seperti ekonomi, social, politik, hokum, seni, ilmu penggetahuan, teknologi dan sebagainya.
5.      Budaya Ilmiah dan Budaya Kerja
a.      Budaya Ilmiah atau Budaya Akademik
Prinsip-prinsip dasar budaya ilmiah atau akademik di dalam Islam antara lain sebagai berikut;
a)      Allah adalah Sumber Ilmu
Seperti dalam firman Allah swt. Dalam Q.S. 96: 1-5
b)      Allah memerintahkan Manusia untuk selalu Belajar
Seperti Firman Allah swt. Dalam Q.S. 17: 36. Dan Q.S. 58: 11.
c)      Menggunakan Semua Potensi yang Dimiliki secara maksimal
Sebagaimana Firman Allah swt. Dalam Q.S. 16: 78.
d)     Manfaat Ilmu dan Objek Ilmiah
               Manfaat Ilmu dalam konsep Islam adalah apabila landasan, motivasi, dan tujuan pencariannya karena Allah atau sesuai dengan aturan Allah. Qurais Shihab menjelaskan ada lima objek Ilmu menurut Ilmuwan Islam yaitu;
1)   Alam Materi
2)   Alam Malakut (kejiwaan)
3)   Alam Jabarut (alam ruh)
4)   Alam Lahut (sifat-sifat ilahiyah), dan
5)   Alam Hahut (wujud zat ilahi)
e)      Mengamalkan dan Mengajarkan Ilmu
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. 23: 25. Dan dalam Q.S. 61: 3
f)       Mempersiapkan Generasi yang Menguasai Ilmu.
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S. 4: 9
b.      Budaya Kerja atau Kinerja
 Kerja didalam bahasa Arab disebut dengan amal. Islam juga memiliki budaya kerja atau amal. Banyak ditemukan penjelasan tentang amal didalam sumber ajaran Islam. Di antara prinsip-prinsip budaya kerja atau amal itu adalah berikut ini;
a)      Bekerja Didasarkan atas Ketulusan Kepada Allah Swt.
            Ketulusan kepada Allah dapat diartikan dengan harapan terhadap ganjaran dari Allah swt. Merupakan factor utama yang mendorong seseorang untuk bekerja. Allah menegaskan hal ini dalam Q.S. 98: 5.
b)      Bekerja Berdasarkan Ilmu
            Sebagaimana firman Allah Swt. Dalam Q.S. 17: 36. Seperti sudah dijelaskan pada penjelasan budaya ilmiah sebelumnya.
c)      Bekarja Dengan Maksimal atau Terbaik/Ihsan
            Sebagaimana tersebut dalam sabda Nabi Saw. Yang terjemahannya sebagai berikut;
“Sesungguhnya Allah memerintahkan sikap Ihsan dalam segala hal, apabila kamu menyembelih bersikap ihsanlah dan hendaknya kamu tajamkan pisaumu. …” Dijelaskan juga dalam Q.S. 28: 77.
d)     Saling Membantu
            Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. 5: 2.
e)      Bekarja Untuk Kesejahteraan atau Kemaslahatan
            Islam adalah agama rahmatan lil alamin, jadi setiap umatnya dituntut menebarkan kemaslahatan itu dimanapun dan kapanpun merekan berbuat. Ada tiga istilah Islam yang saling berkaitan yaitu; Iman, Amal, dan Takwa. Iman adalah landasan atau keyakinan yang tertanam teguh didalam jiwa, Amal adalah kerja/ amal yang terdorong dari keyakinan yang dimiliki sedangkan Takwa adalah kewaspadaan dalam kehati-hatian dalam berbuat.
6.      Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban Islam
Para ahli cenderung mengelompokkan sejarah Islam itu kedalam tiga fase, yaitu;
1)      Fase klasik (masa awal dakwah Nabi sampai pada masa daulah Abbasiyah)
2)      Fase pertengahan (masa keruntuhan Daulah Abbasiyah sampai keturunan Turki Usmani), dan
3)      Fase modern dan kontemporer (masa setelah keturunan Turki sampai sekarang ini).
Hal ini didasarkan pada Firman Allah swt. Q.S. 2: 130-132, Q.S. 5: 126, dan Q.S. 3: 52.
Apabila periode perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam itu di jelaskan semenjak Nabi Muhammad Saw saja, maka menurut Ahmad Syalabi ada tiga model atau formasi peradaban Islam, yaitu berikut ini;
1)      Peradaban Negara dan Sejarah yaitu pola dan bentuk peradaban yang mengembangkan bangunan suatu kenegaraan dan pemerintahan.
2)      Peradaban tajribiyah wa wamuktasabah yaitu peradaban luar yang diadopsi oleh Islam, karena dalam banyak hal telah diketahui dan dicapai bermacam ragam manusia pada beberapa ratus bahkan ribuan tahun sebelum Islam lahir, seperti kemajuan filsafat, sastra, kedokteran, ilmu pasti, astronomi, dan lainnya.
3)      Peradaban Islam yang Asli, yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat manusia. Peradaban ini lebih orisinil dan menciptakan hal-hal baru, seperti aspek aqidah, akhlak, politik, ekonomi, dan kemasyarakatan.
Geliat kemajuan Islam baik segi politik, ekonomi, maupun social dan hubungan antara Negara dengan corak yang jauh berbeda dengan apa yang diterapkan dua Negara adikuasa sebelumnya semakin dapat diterima dan dirasakan oleh masyarakat. Sehingga pada tahun 751 M kepemimpinan fase Daulat Amawiyah wilayah Islam telah memimpin Jazirah Arabia, seluruh Mesir, Irak sampai Punjab India, Asia kecil sampai Armenia dan Azerbaijan, Afrika dan Spanyol. Kekokohan kepemimpinan Islam walaupun dibawah kepemimpinan Negara-negara kecil namun tetap dibawah kendali ajaran Islam. Dengan wilayah yang sangat luas Islam mampu memimpin sampai tahun 1250 M. sebelum wilayah Islam terpecah menjadi beberapa wilayah kecil sudah terjadi penggabungan antara nilai-nilai Islam dan nilai setempat, bukan Islam mengadopsi nilai-nilai dari wilayah nonIslam.
Selama lebih kurang 500 tahun yakni dari 622-1250 M, banyak sekali kemajuan yang telah dirintis oleh Islam. Kemajuan itu meliputi berbagai aspek, antara lain sebagai berikut;
1)      Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Sebelum Dinasti Abbasiyah 750 M pusat kegiatan Ilmu pengetahuan di masjid. Pada masa Abbasiyah masjid di kembangkan dengan mendirikan lembaga pendidikan sesuai tingkat umur, mulai dari anak-anak, remaja sampai pada tingkat orang dewasa. Lembaga ini disebut madrasah yang dibangun pada masa Nizhamul Muluk. Madrasah tersebut dapat ditemukan di Bagdat, Balkan, Naishabur, Hira, Isfahan, Basrah, Maushul dan lainnya.
2)      Gerakan Keilmuan
Perkembangan keilmuan ditandai dengan ditemukannya banyak hasil karya spektakuler ilmuwan masa lalu terutama bahasa Arab yang dijadikan sebagai bahasa utama. Sebagai contoh di Spanyol penduduk aslinya menomorduakan bahasa asli mereka dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pertama. Di samping itu kegiatan penterjemahan karya-karya berbahasa asing kedalam bahasa Arab juga menjadi arah pengembangan kegiatan keilmuan. Sehingga banyak ahli dari Spanyol terkenal dengan karya-karya mereka. Di antaranya Ilmuwan Spanyol adalah; Ibn Sayyidin, Ibn Malik pengarang alfiyah, Ibn Khurf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-hasan, Ibn Usfur, dan Abu Hanyan al-Gharanthi.
3)      Kemajuan dalam Bidang Keagamaan
Tidak jauh bedan dengan bidang keilmuan secara umum bidang keagamaan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Misalnya dalam kajian Hadis, sehingga dapat diklasifikasikan hadist itu kepada hadist shahih, hasan, dan dhaif serta tulisan-tulisan tentang kritik sanad dan matan hadist. Selain hadist kemajuan dalam Ilmu bahasa Arab dan fiqih dan hokum Islam juga sangat berkembang pesat. Kita menganal nama-nama peletak dasar-dasar hukum Islam seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad bin Hambal. Selain itu juga terdapat nama Al-Ghazali yang dikenal sebagai ahli Filsafat dan Tasawuf.
4)      Perkembangan Politik, Ekonomi dan Administrasi
Pada saat ini dapat disaksikan geliat Islam diberbagai Negara termasuk di Eropa, Amerika, Australia, Jepang, dan Negara-negara lainnya. Perkembangan Islam walaupun di tengah-tengah isu, kecaman bahkan fitnah yang dihembuskan di dunia Internasional, Islam tetap tegak. Hal ini tidak dapat dijadikan pembenaran, karena diberbagai sisi juga terdapat kemunduran di dunia Islam. Salah satu buktinya kiblat ilmu pengetahuan saat ini tidak berada di Negara-negara Islam. Padahal pada abad ke-7 sampai ke-12 M negeri-negeri Islam merupakan tempat yang ramai dikunjungi untuk mendalami ilmu pengetahuan.
7.      Masjid Sebagai Pusat Peradaban Islam
Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid berfungsi lebih luas dari pada sekedar tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu tempat shalat. Akan tetepi perlu diingat bahwa masjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi saw mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan al Qur’an dan al hikmah, bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid.
Masjid dijadikan simbol persatuan umat islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh orisinal sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan Universitas-universitaspun kemudian bermunculan, justru dari masjid. Masjid Al- Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luas oleh kamu muslimin di Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinanpun merupakan program nyata masjid.
Pada saat ini kita akan sangat sulit menemukan masjid yang memiliki program nyata dibidang pencerdasan keberagamaan umat. Kita mungkin tidak akan menemukan masjid yang memiliki kurikulum terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat, terlebih-lebih lagi masjid yang menyediakan beasiswa dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perkembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk memgembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Menurut ajaran Islam, masjid memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) sebagai pusat ibadah ritual dan (2) sebagai pusat ibadah sosial. Dari dua fungsi tersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat pembinaan umat Islam.


a.      Pusat Pendidikan dan Pelatihan
            Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.

b.      Pusat Perekonomian Umat
            Soko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya.

c.       Pusat Penjaringan Potensi Umat
            Masjid dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.

d.      Pusat Ke-Pustakaan
            Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.

8.      Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia
Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya, karena Islam besar dari negeri Arab, maka Islam yang amsuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya. Pada awalawal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang Arab itu semuanya mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
            Dalam perkembangan dakwah Islam di indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali ditanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai Islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Al qur’an/Arab sudah banyak masuk ke dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran Islam.

  1. PENUTUP
Untuk membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji      Al-faruqi.
            Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak. Insya Allah.
Untuk membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji      Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mohon kritik dan sarannya yang sopan ya...!
Salam Persahabatan.