MAKALAH
PERADABAN DAN KEBUDAYAAN ISLAM
(Logo)
OLEH:
Nama :
Ahmad Faozi
NIM/BP : 16617/2010
Jurusan : Pendidikan Teknik Otomotif
Nama
Kelompok II
Ketua : Ahmad Faozi
Sekertaris : Anna Maulina
Bendahara : Hafiza Dova Resbu
Anggota : 1. Ilham Sadam Al-Aziz
2.
Gusparia Palendra
3.
Romi Yunika Putra
4.
Hafizun Muhammad Waer
5.
Wandi Eka Putra
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2010
A.
PENDAHULUAN
Salah satu
referensi yang bisa menjadi acuan untuk mengetahui hakikat kebudayaan adalah
ungkapan pelopor antropologi modern, Edward B Tylor sebagaimana dikutip oleh
H.A.R Tilaar (1999:39) bahwa :
“Budaya atau
peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, kepercayaan,
seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuankemampuan dan kebiasaan
lainya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat”
Definisi yang
sederhana ini memberikan beberapa hal yang perlu kita simak lebih lanjut yang
kiranya bermanfaat sebagai kerangka untuk menyimak hakikat kebudayaan sebagai
berikut :
1.
Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan
yang kompleks. Hal ini berarti bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan
bukan jumlah dari bagian-bagian. Keseluruhannya merupakan pola-pola atau desain
tertentu yang unik. Setiap kebudayaan mempunyai mozaik yang spesifik.
2.
Kebudayaan merupakan suatu prestasi
kreasi manusia yang a material artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis
seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan,seni dan sebagainya.
3.
Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik
seperti hasil seni, terbentuknya kelompok-kelompok keluarga, dan sebagainya
4.
Kebudayaan dapat pula berbentuk
kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hukum, adat istiadat yang
berkesinambungan
5.
Kebudayaan diperoleh dari lingkungan
6.
Kebudayaan merupakan suatu realitas yang
objektif, yang dapat dilihat.
7.
Kebudayaan tidak terwujud dalam
kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi yang hidup di dalam suatu
masyarakat tertentu.
Indonesia adalah negara yang
masyarakatnya sebagian besar beragama Islam, sehingga sudah selayaknya
menempatkan diri dalam membangun peradaban islam. Mau tidak mau suatu peradaban
tersebut akan terbentuk oleh umatnya.
Perkembangan Islam yang ada di
Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perkembangan Islam di belahan bumi lain.
Membaca Islam yang di Indonesia rasanya cukup penting. Sebab, dari hasil
pembacaan itu kita sebagai umat islam dapat mengetahui akan bagaimana
perkembangan islam di indonesia setelah islam mengalami beberapa fase perubahan
dari waktu ke waktu.
Kalau kita mau mengamati secara
mendalam akan perkembangan islam di indonesia maka kita harus mengamati mulai
dari islam masuk, penyebaran, pengamalan, perkembangan, dan kondisi yang
sekarang kita alami di indonesia. Sebab, peristiwa sejarah merupakan
problematika yang meliputi dimensi waktu masa lampau, sekarang dan masa yang
akan datang.
Dalam makalah ini kita hanya
membatasi pada keadaan islam di masa sekarang (kontemporer). Namun, tetap akan
dipaparkan alur sejarahnya secara singkat. Demi mengetahui historisitasnya.
Sebab, dalam perjalanannya islam di indonesia banyak sekali mangalami
akulturasi dan ikut berperan dalam perubahan keadaan Indonesia.
B. PEMBAHASAN
KEBUDAYAAN & PERADABAN ISLAM
1. Pengertian
Kebudayaan & Peradaban Islam
a. Pengertian
Kebudayaan Islam
Kebudayaan Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan menurut Selo Soemardjan
dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai
definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana
akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,
peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Kebudayaan dan peradaban merupakan dua istilah yang berbeda.
Meskipaun disaat membahas tentang sejarah Islam sering para ahli barat
menyebutkan dengan kebudayaan atau peradaban saja, dengan menyamakan keduanya. Namun
dalam konsep Islam keduanya memiliki perbedaan yang jelas.
Kebudayaan secara bahasa merupakan perpaduan dari istilah
budi dan daya yang diberi awalan ked an akhiran an. Budi berarti akal, pikiran,
pengertian, paham, perasaan, pendapat, sedangkan daya berarti tenaga, kekuatan,
kesanggupan. Apabila disatukan antara kedua akar kata tersebut dengan member
awalan dan akhiran jadi kebudayaan maka dapat diartikan dengan perwujudan dari
kemampuan akal atau pemikiran. Adapun menurut istilah kebudayaan adalah himpunan
segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat
budi, untuk memperbaiki sesuatu dalam rangka mencapai kesempurnaan.
Di dalam bahasa Arab kebudayaan disebut dengan al-tsaqafah
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan culture. Kebudayaan merupakan
manifestasi dari ruh, zauq, iradah, dan amal (cipta, rasa, karsa, dan karya)
dalam seluruh segi kehidupan insane sebagai fitrah, ciptaan karunia Allah
swt.
Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak, hamper sama
dengan pendapat Koentjaraningrat yaitu; wujud ideal (ide-ide, gagasan, nilai,
norma dan peraturan), wujud kelakuan (aktivitas yang dilakukan oleh manusia
dalam masyarakat), wujud benda-benda hasil karya (artefak).
a) Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
b) Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.
Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
c) Artefak
(karya)
Artefak
adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga
wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud
kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain.
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada
tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
b.
Pengertian Peradaban Islam
Selanjutnya istilah peradaban tidak diambil dari kata adab
karena kata adab dalam bahasa Arab berarti sastra melainkan dari kata
al-hadharah yang setara dengan kata civilization dalam Bahasa Inggris.
Pengertian peradaban lebih cenderung pada suatu kebudayaan yang mempunyai
sistem teknologi dengan sistem ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Berdasarkan pengertian ini, di berbagai literature yang
membahas tentang kemajuan ilmu pengetahuan lebih cenderung menggunakan istilah
peradaban, kerena peradaban dominan pada upaya pembangunan hidup yang dilakukan
oleh manusia berdasarkan potensi dan ilmu pengetahuan. Di antara contoh
peradaban diantaranya adalah kemajuan system teknologi, seni, system
kenegaraan, hokum, politik, dan sistem pengetahuan. Dari definisi di atas dapat
memberikan pemahaman bahwa peradaban merupakan bagian dari kebudayaan.
Sejarah peradaban
islam diartikan sebagai perekembangan atau kemajuan kebudayaan islam dalam
perspektif dan peradaban islam mempunyai berbagai macam pengetian lain diantaranya:
v Peradaban islam merupakan kemajuan
dan tingkat kecerdasan akal yang di hasilkan dalam satu periode kekuasaan islam
mulai dari periode nabi Muhammad Saw sampai perkembangan kekuasaan islam
sekarang.
v Peradaban islam merupakan hasil
hasil yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan
dan kesenian.
v Perdaban islam merupakan kemajuan
politik atau kekuasaan islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam
terutama dalam hubungannya dengan ibadah ibadah, penggunaan bahasa, dan
kebiasaan hidup bermasyarakat.
2.
Wujud dan Komponen Budaya
Berdasarkan wujudnya tersebut,
kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
a
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada
semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan
material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah
ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
3.
Unsur-unsur Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
Ø Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4
unsur pokok, yaitu: alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga,
kekuasaan politik.
Ø Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi: Sitem norma yang memungkinkan kerja sama antara para
anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya organisasi
ekonomi. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan
(keluarga adalah lembaga pendidikan utama) organisasi kekuatan (politik).
4.
Prinsip-prinsip Kebudayaan &
Peradaban
Perwujudan
kebudayaan dan peradaban dalam Islam tetap berdasarkan pada prinsip-prinsip
yang terdapat di dalam ajaran agama. Sebab, kehidupan, kekuasaan yang di berikan
dan keberadaan ala mini adalah fasilitas bagi manusia yang di berikan oleh
Allah untuk di kelola, dijaga, dan di lestarikan. Prinsip dasar yang membedakan
antara kebudayaan secara umum dengan kebudayaan Islam terletak pada sumber yang
menjadi pijakannya. Kebudayaan secara umum merupakan hasil produk dari manusia
semata, sementara kebudayaan Islam hasil produk manusia yang prinsip dasarnya
di tentukan dan di tetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya di dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Di antara prinsip-prinsip kebudayaan dan peradaban Islam itu adalah
berikut ini;
a.
Alah swt. Sebagai Sumber dan Tempat
Kembali Segalanya.
Firman
Allah dalam Q. S. 30: 11 yang artinya:
“Allah
yang memulai semua kejadian kemudian Dia juga yang mengulanginya dan
selanjutnya kepada_nya segalannya di kembalikan “ (Q.S. 30: 11)
Berdasarkan
firman Allah swt. Ini, apapun yang diciptakan oleh umat manusia dan yang mereka
lakukan semuanya memanfaatkan fasilitas yang telah di ciptakan Allah.
b.
Allah Sang Pencipta Semuanya.
Firnan
Allah swt. Dalam (Q.S. 23: 62) yang Artinya:
“Demikianlah
Allah adalah Tuhanmu yang menjadikan segala sesuatu tidak ada Tuhan selain Dia,
maka bagaimana dapat kamu palingkan.”
Allah
swt. Menjadikan segala sesuatu tanpa sia-sia melainkan memiliki hikmah dan
manfaat. Untuk menemukan hikmah dan manfaat itu di perlukan akal secara usaha
manusia.
c. Semua
Makhluk Punya Ketergantungan kepada khaliknya.
Firman
allah swt. Dalam dua surat yang berbeda yaitu. (Q.S. 112: 2) Yang artinya ‘ Allah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (Q.S. 11: 6) yang artinya dan tidak
ada satu makhlukpun di dunia ini kecuali Allah yang member rezeki.
d.
Allah mengangkat Manusia Sebagai
Khalifah di bumi.
Firman
Allah swt. Q.S. 2: 30, yang artinya:
Dan
ingatlah, ketika Tuhanmua berkata kepada manusia, sesungguhnya Aku akan
menjadikan khalifah di bumi.
Oleh
karena itu manusia sebagai keturunan adam berfungsi meneruskan kekhalifahan itu
karena ia di bekali Allah swt.
e.
Manusia di berikan potensi yang lebih
dari makhluk lainnya.
Makhluk-makhluk
tersebut tunduk kepada_nya. Firman allah swt Q.S. 45: 13). Yang artinya:
“Dan
Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya. (sebagai rahmat) dari pada-aNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
f.
Manusia di Dituntut Pertanggungjawaban
atas Amanah yang Telah Diberikan Allah Swt.
Firman Allah swt. Dalam Q.S. 102: 8. Yang
artinya:
“Kemudian
kamu pasti akan di minta pertanggungjawabannya terhadap semua nikmat yang telah
di berikan.”
Dari
Keenam Prinsip dasar di atas secara eksplisit menjelaskan bahwa manusia di beri
fasilitas dan tanggungjawab untuk melakukan berbagai hal kedalam kehidupan.
Dengan adanya fasilitas dan tanggungjawab untuk melakukan inovasi sehingga
melahirkan karya-karya yang bermanfaat.
Enam
prinsip dasar kebudayaan di atassekaligus menjadi indicator dan kebudayaan yang
islami yaitu sebagai berikut:
a)
Dibangun atas dasar nilai ilahiyah
b)
Sesuai dengan fitrah manusia dan
sekaligus sebagai pengembangan dan pemenuhan kebutuan manusia.
c)
Sasaran kebudayaan adalah kebahagiaan
manusia, keseimbangan manusia, keseimbangan, dan penghuninya.
d)
Manusia di tuntut untuk selalu
memaksimalkan usaha berfikir dan menggagas ide, dalam berbuat serta berkarya.
e)
Keseimbangan dan kesejahteraan individu,
sosial, dan antara makhluk lain dengan alam semesta merupakan cita tertinggi
f)
Apabila kebudayaan adalah implikasi atau
terlahir dari keyakinan, atau pengawalan Agama, maka apa pun yang di lakukan
umat Islam seharusnya berpedoman pada ajaran Agama Islam. Apalagi Al-Qur’an,
banyak sekali menjelaskan berbagai aspek kehidupan manusia seperti ekonomi,
social, politik, hokum, seni, ilmu penggetahuan, teknologi dan sebagainya.
5.
Budaya Ilmiah dan Budaya Kerja
a.
Budaya Ilmiah atau Budaya Akademik
Prinsip-prinsip dasar budaya ilmiah
atau akademik di dalam Islam antara lain sebagai berikut;
a)
Allah
adalah Sumber Ilmu
Seperti dalam firman Allah swt.
Dalam Q.S. 96: 1-5
b)
Allah
memerintahkan Manusia untuk selalu Belajar
Seperti Firman Allah swt. Dalam Q.S.
17: 36. Dan Q.S. 58: 11.
c)
Menggunakan
Semua Potensi yang Dimiliki secara maksimal
Sebagaimana Firman Allah swt. Dalam
Q.S. 16: 78.
d)
Manfaat
Ilmu dan Objek Ilmiah
Manfaat
Ilmu dalam konsep Islam adalah apabila landasan, motivasi, dan tujuan
pencariannya karena Allah atau sesuai dengan aturan Allah. Qurais Shihab
menjelaskan ada lima objek Ilmu menurut Ilmuwan Islam yaitu;
1)
Alam
Materi
2)
Alam
Malakut (kejiwaan)
3)
Alam
Jabarut (alam ruh)
4)
Alam
Lahut (sifat-sifat ilahiyah), dan
5)
Alam
Hahut (wujud zat ilahi)
e)
Mengamalkan
dan Mengajarkan Ilmu
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S.
23: 25. Dan dalam Q.S. 61: 3
f)
Mempersiapkan
Generasi yang Menguasai Ilmu.
Sebagaimana Firman Allah dalam Q.S.
4: 9
b. Budaya
Kerja atau Kinerja
Kerja didalam bahasa Arab disebut dengan amal.
Islam juga memiliki budaya kerja atau amal. Banyak ditemukan penjelasan tentang
amal didalam sumber ajaran Islam. Di antara prinsip-prinsip budaya kerja atau
amal itu adalah berikut ini;
a)
Bekerja
Didasarkan atas Ketulusan Kepada Allah Swt.
Ketulusan
kepada Allah dapat diartikan dengan harapan terhadap ganjaran dari Allah swt.
Merupakan factor utama yang mendorong seseorang untuk bekerja. Allah menegaskan
hal ini dalam Q.S. 98: 5.
b)
Bekerja
Berdasarkan Ilmu
Sebagaimana
firman Allah Swt. Dalam Q.S. 17: 36. Seperti sudah dijelaskan pada penjelasan
budaya ilmiah sebelumnya.
c)
Bekarja
Dengan Maksimal atau Terbaik/Ihsan
Sebagaimana
tersebut dalam sabda Nabi Saw. Yang terjemahannya sebagai berikut;
“Sesungguhnya Allah memerintahkan
sikap Ihsan dalam segala hal, apabila kamu menyembelih bersikap ihsanlah dan
hendaknya kamu tajamkan pisaumu. …” Dijelaskan juga dalam Q.S. 28: 77.
d)
Saling
Membantu
Sebagaimana
Allah berfirman dalam Q.S. 5: 2.
e)
Bekarja
Untuk Kesejahteraan atau Kemaslahatan
Islam
adalah agama rahmatan lil alamin, jadi setiap umatnya dituntut menebarkan
kemaslahatan itu dimanapun dan kapanpun merekan berbuat. Ada tiga istilah Islam
yang saling berkaitan yaitu; Iman, Amal, dan Takwa. Iman adalah landasan atau
keyakinan yang tertanam teguh didalam jiwa, Amal adalah kerja/ amal yang
terdorong dari keyakinan yang dimiliki sedangkan Takwa adalah kewaspadaan dalam
kehati-hatian dalam berbuat.
6. Perkembangan
Kebudayaan dan Peradaban Islam
Para ahli cenderung mengelompokkan
sejarah Islam itu kedalam tiga fase, yaitu;
1)
Fase
klasik (masa awal dakwah Nabi sampai pada masa daulah Abbasiyah)
2)
Fase
pertengahan (masa keruntuhan Daulah Abbasiyah sampai keturunan Turki Usmani),
dan
3)
Fase
modern dan kontemporer (masa setelah keturunan Turki sampai sekarang ini).
Hal ini didasarkan pada Firman Allah
swt. Q.S. 2: 130-132, Q.S. 5: 126, dan Q.S. 3: 52.
Apabila periode perkembangan
kebudayaan dan peradaban Islam itu di jelaskan semenjak Nabi Muhammad Saw saja,
maka menurut Ahmad Syalabi ada tiga model atau formasi peradaban Islam, yaitu
berikut ini;
1)
Peradaban
Negara dan Sejarah yaitu pola dan bentuk peradaban yang mengembangkan bangunan
suatu kenegaraan dan pemerintahan.
2)
Peradaban
tajribiyah wa wamuktasabah yaitu peradaban luar yang diadopsi oleh Islam,
karena dalam banyak hal telah diketahui dan dicapai bermacam ragam manusia pada
beberapa ratus bahkan ribuan tahun sebelum Islam lahir, seperti kemajuan
filsafat, sastra, kedokteran, ilmu pasti, astronomi, dan lainnya.
3)
Peradaban
Islam yang Asli, yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa oleh kewahyuan Islam
sendiri dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat manusia. Peradaban ini
lebih orisinil dan menciptakan hal-hal baru, seperti aspek aqidah, akhlak,
politik, ekonomi, dan kemasyarakatan.
Geliat kemajuan Islam baik segi
politik, ekonomi, maupun social dan hubungan antara Negara dengan corak yang
jauh berbeda dengan apa yang diterapkan dua Negara adikuasa sebelumnya semakin
dapat diterima dan dirasakan oleh masyarakat. Sehingga pada tahun 751 M
kepemimpinan fase Daulat Amawiyah wilayah Islam telah memimpin Jazirah Arabia,
seluruh Mesir, Irak sampai Punjab India, Asia kecil sampai Armenia dan
Azerbaijan, Afrika dan Spanyol. Kekokohan kepemimpinan Islam walaupun dibawah
kepemimpinan Negara-negara kecil namun tetap dibawah kendali ajaran Islam.
Dengan wilayah yang sangat luas Islam mampu memimpin sampai tahun 1250 M.
sebelum wilayah Islam terpecah menjadi beberapa wilayah kecil sudah terjadi
penggabungan antara nilai-nilai Islam dan nilai setempat, bukan Islam
mengadopsi nilai-nilai dari wilayah nonIslam.
Selama lebih kurang 500 tahun yakni
dari 622-1250 M, banyak sekali kemajuan yang telah dirintis oleh Islam.
Kemajuan itu meliputi berbagai aspek, antara lain sebagai berikut;
1)
Lembaga
dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan
Sebelum Dinasti Abbasiyah 750 M
pusat kegiatan Ilmu pengetahuan di masjid. Pada masa Abbasiyah masjid di
kembangkan dengan mendirikan lembaga pendidikan sesuai tingkat umur, mulai dari
anak-anak, remaja sampai pada tingkat orang dewasa. Lembaga ini disebut madrasah
yang dibangun pada masa Nizhamul Muluk. Madrasah tersebut dapat ditemukan di
Bagdat, Balkan, Naishabur, Hira, Isfahan, Basrah, Maushul dan lainnya.
2)
Gerakan
Keilmuan
Perkembangan keilmuan ditandai
dengan ditemukannya banyak hasil karya spektakuler ilmuwan masa lalu terutama
bahasa Arab yang dijadikan sebagai bahasa utama. Sebagai contoh di Spanyol
penduduk aslinya menomorduakan bahasa asli mereka dan menjadikan bahasa Arab
sebagai bahasa pertama. Di samping itu kegiatan penterjemahan karya-karya
berbahasa asing kedalam bahasa Arab juga menjadi arah pengembangan kegiatan
keilmuan. Sehingga banyak ahli dari Spanyol terkenal dengan karya-karya mereka.
Di antaranya Ilmuwan Spanyol adalah; Ibn Sayyidin, Ibn Malik pengarang alfiyah,
Ibn Khurf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-hasan, Ibn Usfur, dan Abu
Hanyan al-Gharanthi.
3)
Kemajuan
dalam Bidang Keagamaan
Tidak jauh bedan dengan bidang
keilmuan secara umum bidang keagamaan mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Misalnya dalam kajian Hadis, sehingga dapat diklasifikasikan hadist itu kepada
hadist shahih, hasan, dan dhaif serta tulisan-tulisan tentang kritik sanad dan
matan hadist. Selain hadist kemajuan dalam Ilmu bahasa Arab dan fiqih dan hokum
Islam juga sangat berkembang pesat. Kita menganal nama-nama peletak dasar-dasar
hukum Islam seperti Abu Hanifah, Malik, Syafi’I, dan Ahmad bin Hambal. Selain
itu juga terdapat nama Al-Ghazali yang dikenal sebagai ahli Filsafat dan
Tasawuf.
4)
Perkembangan
Politik, Ekonomi dan Administrasi
Pada saat ini dapat disaksikan
geliat Islam diberbagai Negara termasuk di Eropa, Amerika, Australia, Jepang,
dan Negara-negara lainnya. Perkembangan Islam walaupun di tengah-tengah isu,
kecaman bahkan fitnah yang dihembuskan di dunia Internasional, Islam tetap
tegak. Hal ini tidak dapat dijadikan pembenaran, karena diberbagai sisi juga
terdapat kemunduran di dunia Islam. Salah satu buktinya kiblat ilmu pengetahuan
saat ini tidak berada di Negara-negara Islam. Padahal pada abad ke-7 sampai
ke-12 M negeri-negeri Islam merupakan tempat yang ramai dikunjungi untuk
mendalami ilmu pengetahuan.
7. Masjid
Sebagai Pusat Peradaban Islam
Masjid pada umumnya dipahami oleh
masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid
berfungsi lebih luas dari pada sekedar tempat shalat. Sejak awal berdirinya
masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu tempat shalat. Akan tetepi
perlu diingat bahwa masjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat peradaban.
Nabi saw mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan al Qur’an dan al hikmah,
bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina
sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga
upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid.
Masjid dijadikan simbol persatuan umat
islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi
masjid masih kokoh orisinal sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Sekolah-sekolah dan Universitas-universitaspun kemudian bermunculan, justru
dari masjid. Masjid Al- Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang sangat
dikenal luas oleh kamu muslimin di Indonesia. Masjid ini mampu memberikan
beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinanpun
merupakan program nyata masjid.
Pada saat ini kita akan sangat sulit
menemukan masjid yang memiliki program nyata dibidang pencerdasan keberagamaan
umat. Kita mungkin tidak akan menemukan masjid yang memiliki kurikulum
terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat, terlebih-lebih lagi masjid yang
menyediakan beasiswa dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perkembangan
berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk memgembalikan fungsi
masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya
peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Menurut ajaran
Islam, masjid memiliki dua fungsi utama, yaitu (1) sebagai pusat ibadah ritual
dan (2) sebagai pusat ibadah sosial. Dari dua fungsi tersebut titik sentralnya
bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat pembinaan umat Islam.
a.
Pusat
Pendidikan dan Pelatihan
Proses menuju ke arah pemberdayaan
umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid
seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan
tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian,
pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan
peserta minimal jamaah disekitarnya.
b.
Pusat
Perekonomian Umat
Soko
guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru
koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid
mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di
lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala
pusat-pusat pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan
dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat
memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan
masjidnya.
c.
Pusat
Penjaringan Potensi Umat
Masjid
dengan jamaah yang selalu hadir hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya
terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang
jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan
kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan
orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat
(strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya
akulturasi budaya secara santun.
d. Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama
Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya
kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka
dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan
sendiri.
8. Nilai-Nilai Islam Dalam Budaya
Indonesia
Islam
masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya, karena Islam besar dari negeri
Arab, maka Islam yang amsuk ke Indonesia tidak terlepas dari budaya Arabnya.
Pada awalawal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan
mana ajaran Islam mana budaya Arab. Masyarakat awam menyamakan perilaku yang
ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang
dilakukan oleh orang Arab itu semuanya mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga
kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah Islam di
indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran Islam melalui bahasa budaya,
sebagaimana dilakukan oleh para wali ditanah Jawa. Karena kehebatan para wali
Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga
masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai Islam
sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka.
Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Bahasa Al qur’an/Arab sudah banyak masuk ke dalam bahasa daerah bahkan kedalam
bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya
merupakan bagian dari ajaran Islam.
- PENUTUP
Untuk
membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam
bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada
proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai
Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa
harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini
sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail
Raji Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak. Insya Allah.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak. Insya Allah.
Untuk
membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam
bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada
proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai
Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa
harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini
sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh
Ismail Raji Al-faruqi.
Mengapa
masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains
moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini
mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains moderen
membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang
masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah
sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat.
Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai
mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains
moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia,
dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya. Dalam kondisisi seperti ini,
Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke
arah yang lebih bijak. Insya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Mohon kritik dan sarannya yang sopan ya...!
Salam Persahabatan.